Tentang Senja - Chapter 5

 Chapter 5 : Lembaran Baru

Tentang Senja


    Pagi hari aku mengirim peasan whatsapp ke tania, "Gimana Ia udah mendingan? " aku khawatir sakitnya makin parah 

    "Udah enakan Ris, hari ini aku bareng kamu ya, jempuuuut!!" pinta Tania.

    Selepas pulang kuliah,  aku dan Tani berencana menjenguk Adam. Beberapa hari yang lalau, Adam harus  oprasi usus buntu, aku dan Tania belum sempat menjenguk karena memang banyak tugas.

    Aku, Tania dan Adam sudah bersahabat sejak kami masih duduk di bangku SMA, tapi sebetulnya aku dan Tania sudah kenal sejak kecil, ketika lebaran orangtua ku sering mengajak berkunjung ke rumah keluarga Tania.

    "Sorry banget Dam, gue sama Aris baru bisa jenguk," aku hanya menganggu dan tersenyum, kemudian meletakan buah-buahan di meja samping tempat tidur Adam, 

    "Gpp, gue ngerti Ia," jawab Adam.

    "Gimana, udah enakan?" aku bertanya, Adam hanya mengangguk.

    Kami membicarakan banyak hal,  termasuk tentang rencana libur akhir tahun, aku dan Tania akan berlibur ke rumah Nenek ku. 

    Hari minggu ini aku tidak ada acara, mungkin aku akan menghabiskan waktu liburku di rumah saja, gak ada tugas juga, terkadang kalau seperti ini aku merasa tidak memiliki masalah apapun, diluar, cuaca sudah agak mendung, yah kalau sudah memasuki bulan yang ujungnya "ber." menandakan memasuki musim hujan. Alam selalu memberi pertanda apabila akan terjadi sesuatu, contohnya mendung itu menandakan akan turun hujan, biasanya hujan membawa kesedihan karena sunyi bisa membangunkan rindu yang sedang terlelap aseek.

    ***

    Ujian semester telah selesai drama-drama kehidupan telah aku lalui, nilai yang aku dapat pun cukup memuaskan walaupun ada beberapa yang bisa di bilang cukup saja, tapi ini ada kemajuan dari semester sebelumnya. Liburan tahun baru nanti aku akan  pergi ke rumah Nenek (Ibu dari Ayah).  Aku senang jika berlibur ketempat-tempat yang jauh dari keramaian, kebetulan rumah nenekku terletak di Cianjur Jawa Barat, suasananya maslih asri, yah nuansa pedesaanya dapet banget tepatnya di Cianjur bagian Selatan.

    Tiga hari sebelum berangkat ke rumah nenek,  aku menelpon Tania dan Adam, mereka jadi ikut  berlibur bersamaku, Adam setuju, Tania juga setuju hanya saja dia gak bisa lama-lama, paling sekitar 3 hari, sementara aku berencana sekitar 10 hari di rumah Nenekku.

    "Ya sudah Ia, kalau kamu cuma bisa 3 hari, nanti aku anter kamu sampai Cianjur Kota, nanti tinggal naik angkutan umum ke Jakarta,  gimana Ia? " aku meyakinkan Tania.

    "Ya udah ok, aku udah bilang ke Mama juga dan dibolehin."

    "Ok deh kalau gitu."

    "Iya, sampai nanti, bye. " tut, tut, tut, Tania menutup Telponku.

    Tidak banyak resolusi di tahun baru 2018 ini, aku hanya ingin cepat menyelesaikan kuliahku, lulus dengan nilai yang cukup bagus, dan mudah-mudahan aku bisa melanjutkan kuliah S2 di luar negeri, yah memang si aku tidak sepintar dan seberuntung Bang Ian, tapi apa salahnya kalau mau mencoba.

    Hari Minggu, 31 Desember 2017 aku, Tania dan Adam berangkat ke rumah Nenekku, kami berangkat pukul 08.00 pagi dari Terminal Kp. Rambutan menuju Cianjur Kota. Sekitar pukul 12.00 kami telah tiba di Cianjur Kota, untuk Adam yang baru pertama kali ke Cianjur udaranya sangat nyaman.

    "Adem ya, " kata Adam memandangku dengan wajah yang senang.

    "Ini sekali lagi naik angkutan umum baru sampai di kampung Nenekku," aku memberitahu temanku bahwa tujuan kita masih lumayan jauh.

    Setelah shalat Dzuhur, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Nenekku, kurang lebih waktu yang di butuhkan sekitar 3-4 jam lagi untuk sampai ke rumah Nenekku. Sekitar pukul 15.30 kami sampai di rumah Nenekku, terlihat raut wajah lelah kedu temanku. Aku memperkenalkan Adam kepada Emak begitu aku memnggil Neneku, Emak tersenyum ramah dan merangkul Adam. Emak sudah mengenal Tania ketika emak berkunjung ke Jakarta aku sering membawa Tania kerumahku.

    "Sok di minum airnya," Emak mempersilahkan untuk meminum air yang di suguhkan Euis sepupuku.

    "Kumaha Ris Ummi sareng Abi sehat? " Emak menanyakan kabar anak dan menantunya.

    "Sehat Mak, nanti abis isya Aris telpon Ummi nya. "

    "Iya atuh kasep,  kalau bisa mah atuh ning yang ada muka Ummi kamu dina Hp na th," mungkin maksud Nenekku video call.

    "Video call Mak, " timpal Euis,  aku melihat ekspresi Adam yang sedang berusaha menahan tawa, mungkin memang terkesan lucu untuknya.

    "Heeh nu kitu weh pokokna mah, teu ngalarti atuh da di Zaman Emak baheula mah eweh nu kararitu," jawab Emak.

***

    "Hallo, hallo, assalamualaikum Ika kumaha cager? Ieu barudak geus nepi meni ceuyah di imah Emak anu biasan tiiseun,"

    "Ris ceuyah apaan? " Adam bertanya mendengar obrolan Emak dengan Ummi.

    "Kaya rame gituh Dam, " Adam hanya mengangguk menandakan dia mengerti.

    "Emang lu ngerti Ia? " Adam bertanya kepada Tania.

    "Sedikit, sedikit paham, " Tania menjawab.

    "Ris, pang narikankeun!!! teu ka denge sorana beberekbekan, teu timu Emak mah."

    Aku mengeraskan volume Hp, mungkin faktor usia tidak terdengar kalau volume suara tidak maksimal.

    "Ris, Timu apaan? " Adam bertanya kembli mungkin kata itu sangat teramat asing di telinganya.

    "Ihhhh, lu bawek banget si Dam, nanya mulu, heran deh, bikin pusing aja!" timpal tania dengan nada kesal.

    "Timu tuh gak paham kayanya, " aku menjawab pertanyaan Aris dengan ragu,  aku pun tidak terlalu paham dengan bahasa Sunda di daerah Emak karena berbeda dengan yang biasa aku gunakan sehari-hari dengan Ummi atau Abi.

    Malam itu aku tidur satu kamar dengan Adam, Tania tidur dengan Euis, di rumah Emak ada 1 kamar kosong biasa di pakai untuk tamu, total di rumah emak ada 3 kamar, 2 diantaranya di pakai Emak dan Euis.

***

    "Ris, Euis cantik ya? Kaya kembang desa gitu,"

    "husss, ati-ati lu jangan macem-macem, Euis baru kelas 3 SMA, awas aja lu main-main di belakang gua. " sahutku.

    "Ya elah Ris,  aku kan cuma bilang dia cantik, kumaha ari maneh teh, " aku sedikit terkejut dengn apa yang di ucapkan Adam dan terdengar lucu.

    "Udah lah, tidur, tidur, gua capek, lu gak capek?" tanyaku.

    "Capek lah, disini dingin banget si Ris, bagi selimutnya ngapa!" jawab Adam.

    "Itu selimut lu tidurin ngaco, " aku menarik selimut yang tertindih kepala Adam.

    "Ohhh, hehehe, sorry gua kira sprei, elah Ris tuker dong ini tipis banget."

    "Udah nih, bawel banget si lu."

Malam yang semakin membiusku dalam sepi, sampaikan perasaan rinduku padanya, jangan biarkan rindu ini tak bertuan. 

Cerpen : Tentang Senja

Karya : Ujang Nurjaman

Baca Juga : Chapter 4 :  Tempat Istimewa


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel